Bye bye.. PHP 4

17 July 2007

PHP versi 4, dengan versi terakhir adalah PHP 4.4.7 sudah tidak akan didukung lagi, mulai akhir tahun 2007 (per 31 Desember 2007).

Zend sebagai pengembang utama saat ini, telah memfokuskan pengembangan versi PHP 6. Saat ini, PHP 5.2 merupakan standar PHP; dengan versi terakhir adalah PHP 5.2.3.

Saat ini beredar standar versi PHP lebih dari 1, yaitu PHP versi 4 dan versi 5. PHP versi 5 sendiri memiliki lebih dari 1 standar, yaitu PHP versi 5.0, 5.1, dan 5.2. PHP versi 5.2, merupakan versi terakhir sebagai standar.

Pemutusan dukungan terhadap PHP versi 4, perlu mendapat dukungan sehingga pengembang tidak perlu lagi harus bingung, akan menggunakan versi berapa PHP-nya untuk mengembangkan aplikasi dengan menggunakan PHP.

Untuk pemrogram yang baru akan mulai serius mengembangkan aplikasi dengan menggunakan PHP, disarankan untuk langsung loncat menggunakan PHP versi 5.2.3, versi PHP ini sudah termasuk yang cukup stabil. Kelihatannya akan menjadi standar pada versi 5, sebelum kemudian akan ditetapkan menggunakan versi 6. Ada kemungkinan PHP versi 5.2 akan bertahan cukup lama sebelum PHP versi 6 menjadi standar baru. Hal ini dialami oleh PHP versi 4, yang didukung keberadaannya sejak tahun 2003.

Validasi Input Aplikasi Web

1 June 2007

Setiap data yang dimasukkan (sebagai input) ke dalam sistem aplikasi seharusnya divalidasi. Harus diperiksa dan dipastikan bahwa data yang dimasukkan benar, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, agar aplikasi dapat memroses atau menyimpannya.

Mengapa?

Karena seringkali pengguna tidak mengetahui tentang data yang tepat yang bisa dimasukkan untuk program yang digunakannya. Aplikasi yang kita kembangkan harus memiliki fungsi validasi, agar aplikasi bisa membantu pengguna untuk melakukan validasi terhadap data yang dimasukkannya.  

Karena jika tidak divalidasi, maka program akan menjadi seolah-olah salah (error), mengeluarkan pesan kesalahan, karena program tidak dapat melakukan pemrosesan terhadap data yang dimasukkan, yang tidak sesuai dengan yang diinginkan atau dapat diproses oleh program tersebut.

Contoh sederhana adalah program untuk melakukan penjumlahan dua bilangan yang diinput oleh penggunanya. Sudah jelas bahwa program ini digunakan untuk menjumlah dua bilangan, jika dua buah data yang dimasukkan ke dalam program bukan numerik, tetapi data karakter atau huruf, maka program tidak akan dapat menjumlahkan kedua data tersebut; hasilnya akan salah. Jika pun program bisa menjumlahkan (pada program yang dikembangkan dengan bahasa pemrograman yang tidak mengenal tipe data secara ketat – semua data dianggap varian), maka hasilnya bisa jadi tidak seperti yang diharapkan.

Program penjumlahan dua buah bilangan tersebut di atas, harus memiliki dan dapat melakukan validasi terhadap data yang dimasukkan. Setidaknya, program memiliki kemampuan untuk memvalidasi apakah data yang dimasukkan numerik atau bukan. Jika bukan numerik (bilangan), maka program akan menampilkan pesan bahwa data tidak dapat diproses, kemudian program memberikan saran tentang data yang harus dimasukkan.

Jenis Validasi

Jenis validasi:

  • validasi tipe data
  • validasi nilai data (selang/range data) yang diperbolehkan
  • validasi penulisan data, seperti bagaimana format menuliskan data berupa tanggal, jam, nomor telepon, dan lain-lain yang memiliki aturan penulisan sendiri.

Dengan adanya kemampuan untuk memvalidasi data, maka program yang dibuat akan terlihat cerdas. Selain itu program juga akan terlihat lebih bersahabat (friendly) apabila program memiliki kelengkapan untuk memberikan saran harus seperti apa, apabila data yang dimasukkan salah.

Tempat Validasi

Tempat proses validasi, di dalam aplikasi berbasis web dibedakan menjadi:

  • server side
  • client side

Validasi server side adalah validasi yang dilakukan di dalam server sistem, setelah data dikirimkan oleh browser berhasil diterima oleh server. Di dalam server ada modul yang digunakan untuk memvalidasi data, sebelum proses diteruskan.

Proses validasi di sisi server dilakukan dengan menggunakan PHP atau bahasa pemrograman yang lain, yang dibuat oleh pengembangnya.

Validasi client side adalah validasi yang dilakukan di dalam browser. Sebelum data dikirimkan ke server, data diperiksa kebenarannya terlebih dahulu oleh browser web. Setelah data yang dimasukkan benar (valid), browser baru mengirimkan ke server untuk kemudian diproses atau disimpan ke dalam database.

Proses validasi client side dilakukan dengan menggunakan JavaScript atau VBScript, disesuaikan dengan browser yang modul yang dikembangkan oleh pengembangnya.

Waktu validasi

Waktu validasi dapat dilakukan pada saat:

  • proses memasukkan data berlangsung
  • setelah proses pemasukan data dilakukan
  • sebelum data diproses

Validasi pada saat memasukkan data berlangsung, sering digunakan, dengan menggunakan “mask edit”, setiap kali pengetikan dilakukan, program langsung memvalidasinya. Jika suatu input didefinisikan sebagai input untuk data numerik, maka program akan memberikan peringatan berupa bunyi atau pun langsung tidak dapat menerima data, apabila data yang dimasukkan adalah huruf, tanda baca selain pemisah numerik, dan lain-lain.

Validasi setelah proses pemasukan data dilakukan, adalah proses melakukan validasi setelah suatu field input selesai diisi, biasanya ditandai dengan penekanan tombol enter atau tombol tab. Program langsung memeriksa apakah data yang dimasukkan tersebut sesuai dengan ketentuan atau tidak. Jika masih belum sesuai maka program akan memposisikan lagi kepada field yang masih salah, untuk kembali memasukkan input sampai dengan benar.

Validasi sebelum proses terhadap data adalah proses validasi setelah semua data dimasukkan, kemudian ada sebuah penekanan tombol proses untuk melakukan proses terhadap data. Sebelum proses dilakukan program memeriksa satu per satu data yang akan diproses ini, apakah sudah sesuai dengan yang didefinisikan atau tidak.

Fungsi stripslashes() Dalam PHP

22 May 2007

Karakter backslash (“\”) dalam bahasa pemrograman dikenal sebagai karakter escape, yaitu karakter yang digunakan untuk memungkinkan karakter khusus ditampilkan bersama dengan karakter biasa.

Salah satu contoh dari karakter khusus adalah karakter apostrophe (tanda petik, kutip tunggal). Di dalam program PHP, apostrophe digunakan untuk tanda yang mengapit data yang dianggap sebagai karakter atau string.

Contoh:

$nama=’Budi’;

Data string Budi dimasukkan ke dalam variabel nama.

Contoh lain:

echo ‘Budi ‘;

Tetapi bagaimana jika kita ingin menampilkan tulisan Imam Syafi’i, seperti berikut:

echo ‘Imam Syafi’i’;

Apa yang terjadi?

Salah satu solusi dari PHP adalah, dengan mengapit data string dengan menggunakan tanda kutip (quote, double quote). Solusi di atas dapat dilakukan dengan cara berikut:

echo “Imam Syafi’i”;

Tetapi, pada kasus tertentu, penggunaan karakter tanda kutip tidak bisa menyelesaikan masalah, seperti pada perintah SQL, yang mengharuskan tanda apostrophe sebagai pengapit data string. Apostrophe tidak bisa diganti dengan quote.

Contoh perintah SQL:

insert into personal (nama) values (‘Imam Syafi’i’);

tidak bisa ditulis dengan

insert into personal (nama) values (“Imam Syafi’i”);

Solusi untuk kasus di atas adalah dengan menggunakan karakter escape, tanda backslash, sehingga menjadi:

insert into personal (nama) values (‘Imam Syafi\’i’);

Karakter escape sering kali ditambahkan oleh software tertentu, secara otomatis, untuk menjaga integritas data, supaya diterima oleh penerimanya dengan benar.

Akan tetapi pada kasus tertentu, penambahan karakter escape secara otomatis ke dalam string yang memiliki karakter spesial, menjadikan data yang diterima oleh penerima menjadi rusak (kacau), tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu kasus seperti ini terjadi jika kita memrogram PHP dengan menggunakan model JSON dan AJAX untuk mengirimkan data ke server.

Jika kita memiliki data string yang memiliki karakter spesial dan di dalamnya ada karakter escape, kemudian kita akan menampilkan atau memanipulasinya, maka karakter escape akan menjadi pengganggu. Mengapa? Karena dalam bentuk string biasa, bukan string untuk SQL, maka karakter escape menjadi tidak diperlukan. Untuk itu kita perlu membuangnya.

Perintah untuk membuang dapat menggunakan perintah:

  • str_replace()
  • stripslashes()

Fungsi str_replace() adalah fungsi dasar, yang bersifat lebih umum, untuk melakukan pembuangan suatu karakter atau string yang ada dalam suatu string. Sebenarnya lebih tepat sebagai fungsi untuk penggantian. Jika penggantinya adalah karakter ”, maka string dapat diartikan menjadi dibuang. 

Contoh:

$nama=”Imam Syafi\’i”;
$nama=str_replace(“\”,””,$nama);

PHP menyediakan fungsi yang khusus untuk membuang karakter escape “\”, kita tidak perlu lagi menggunakan fungsi str_replace dengan menggunakan banyak parameter. Berikut adalah hasil penyederhanaannya:

$nama=stripslashes($nama);

TabIndex Pada Form

16 May 2007

Urutan input, memasukkan data dalam suatu form, urutan entri dalam form, perpindahan kursor dari satu elemen input ke elemen input berikutnya ditentukan oleh urutan dari penulisan elemen form tersebut. Umumnya dari baris pertama ke baris berikutnya, sampai dengan akhir dari elemen tersebut.

Contoh:

<input type="text" id="f1" name="f1"> 
<input type="text" id="f2" name="f2"> 
<input type="text" id="f3" name="f3"> 

Jika kita coba menampilkan dan memasukkan data, maka kursor akan berpindah dari input f1 menuju f2, jika kita menekan tombol tab. Kemudian akan pindah ke input f3, jika kita menekan tombol tab dari input f2.

Kita dapat mengubah urutan perpindahan kursor, dari satu elemen input ke elemen input yang berikutnya, dengan menggunakan atribut tabindex. Kita dapat menambahkan atribut tabindex kepada setiap elemen form. Atribut tabindex dapat diberikan kepada semua elemen dokumen HTML yang dapat memiliki fokus.

Contoh:

<input type="text" id="f1" name="f1" tabindex="1"> 
<input type="text" id="f2" name="f2" tabindex="3"> 
<input type="text" id="f3" name="f3" tabindex="2"> 

Pada contoh di atas, maka setelah input pada elemen input f1 selesai dilakukan, kemudian kita menekan tombol tab, maka kursor tidak akan pindah ke elemen input f2, tetapi ke f3. Mengapa? Karena tabindex f3 adalah 2, sedangkan tabindex f2 adalah 3, jadi urutannya berubah.

Tetapi kita harus berhati-hati dalam membuat aplikasi, yang menggunakan atribut tabindex, karena tabindex dikenal berdasarkan urutannya dalam dokumen. Jika kita memiliki banyak form, setiap form memiliki elemen input sendiri. Urutan tabindex pada setiap form, oleh browser web (dalam hal ini IE, penulis baru mencoba di IE pada saat menuliskan ini), akan diurut semuanya berdasarkan tabindex dalam satu dokumen, bukan berdasarkan tabindex di dalam form. Akibatnya adalah bahwa pada saat kita menekan tombol tab, untuk pindah dari satu elemen input menuju elemen input berikutnya, tidak akan berpindah berdasarkan elemen berikutnya pada form tersebut, tetapi pada elemen form yang tabindexnya sesuai yang dikenal browser pada dokumen tersebut.

Kasus perpindahan elemen, dengan tabindex sama ini, sering kali membuat kita bingung, ke mana pindahnya kursor. Tetapi jika kita tidak menggunakan tabindex, maka kita tidak akan mengalami kursor yang pindah-pindah tidak berurutan.

Untuk menghindari pindah-pindah kursor yang tidak berurutan ini, kita harus berhati-hati menggunakan tabindex. Tabindex digunakan dengan kesadaran urutan dalam satu dokumen, bukan dalam form. Tetapi jika kita menggunakan librari JavaScript, kita bisa mengubah perilaku ini, untuk bisa sesuai dengan urutan tabindex dalam satu form.

Atribut Id dan Name Dalam Elemen Form

8 May 2007

Setiap elemen form dalam suatu halaman web harus memiliki atribut name, yang digunakan sebagai pengenal dari nama elemen tersebut. Setiap data yang dimasukkan ke dalam elemen form, akan dikirimkan kepada server.

Browser web akan mengirimkan data dari form ke server dengan mengacu kepada name dari elemen. Browser akan mengambil semua data dari elemen input yang memiliki atribut name. Jika suatu input tidak memiliki name, maka data yang ada dalam elemen input tersebut tidak dikirimkan kepada server.

Untuk membuktikan bahwa data dalam elemen input yang tidak memiliki atribut name tidak akan dikirim ke server, maka form entri berikut dapat dicoba.

<html>
<head>
   <title>Uji Kirim Data Tanpa Atribut Name</title>
</head>
<body>
<h3>Form Uji Kirim Data Ke Server</h3>
Pengujian tanpa menggunakan atribut name pada elemen input.
<form action=”<?echo $_SERVER[‘PHP_SELF’]?>” method=”get”>
   Nama : <input type=”text” name=”nama” />
   Alamat : <input type=”text”/>
   <input type=”submit” value=”Kirim”/>
</form>
</body>
</html>

Method yang digunakan adalah ‘get’, dengan sengaja digunakan, untuk dapat melihat secara langsung, kita tidak perlu membuat aplikasi tambahan untuk memroses data. Mengapa? Karena dengan method get, kita dapat secara langsung melihat proses pengiriman data pada alamat URL dari browser.

Isikan data nama dan alamat, kemudian klik tombol Kirim. Perhatikan pada alamat URL dari browser. Kita akan melihat bahwa hanya elemen dengan name adalah nama yang dikirimkan datanya. Sedangkan isian alamat, tidak dikirimkan.

Dalam standardisasi masa kini, maka setiap elemen dalam dokumen HTML bisa memiliki sebuah atribut yang dikenal dengan id. Atribut ini dikenalkan sejak konsep DOM (Document Object Model) ditetapkan menjadi standar dari struktur dokumen HTML. Setiap dokumen HTML diharapkan memiliki standar yang mengikuti aturan DOM. Jadi setiap dokumen HTML disarankan untuk dibuat dengan menggunakan definisi tag pembuka adalah <html> dan penutup </html>. Tidak lagi bebas tanpa ada tag pembuka dan penutup. Kebebasan dari struktur dokumen, diawali pada saat pemrograman web mulai berkembang.

Tetapi pada dewasa ini, saat aplikasi berbasis web menjadi alternatif utama, maka halam web yang dihasilkan tidak sekedar dinamis dari sisi content saja, tetapi juga harus dinamik dari sisi manipulasi elemen dalam dokumen itu sendiri.

Dengan adanya DOM, maka setiap elemen HTML dapat dimanipulasi, sehingga pengembang dapat membuat halaman web menjadi seperti aplikasi biasa, aplikasi berbasis antarmuka grafis (GUI). Atribut id, memiliki peran sangat penting, untuk dapat memanipulasi elemen HTML secara individual.

Atribut id dapat juga diterapkan pada elemen input dari form. Dengan adanya atribut id ini, maka jika pengembang menggunakan JavaScript, pengembang dapat dengan mudah untuk mengakses dan memanipulasi setiap individu elemen input.

Atribut id tidak menggantikan atribut name, walaupun secara harfiah menunjukkan hal yang sama, yaitu pengenal (atau nama) dari elemen.

Suatu elemen input dalam form yang memiliki atribut id, tetapi tidak memiliki atribut name, akan tetap dianggap sebagai elemen input yang tidak memiliki name. Akibatnya adalah, jika ada elemen input tanpa name, walaupun memiliki id, datanya tidak akan dikirim ke server.

Kemudian apa kegunaan atribut id itu sendiri, berkaitan dengan keberadaannya dalam elemen input dalam form?

Selain kegunaan untuk memudahkan manipulasi elemen input di sisi browser, dengan menggunakan JavaScript. Atribut id akan terasa menjadi sangat dibutuhkan, apabila kita menggunakan elemen label, untuk mendefinisikan prompt dari suatu elemen input.

Dengan adanya id kita bisa mendefinisikan hubungan antara label dan input. Misal elemen input nama di atas memiliki prompt Nama. Jika kita tidak menggunakan label dan tidak menggunakan id pada elemen form, maka kita tidak dapat menghubungkan antara label dan input.

Contoh nyata dari hubungan antara label dan input adalah pada aplikasi berbasis windows, apabila kita mengklik suatu prompt (label) dari suatu input, maka kursor akan otomatis berada pada elemen input. Dengan adanya label ini juga, kita dapat memberikan sebuah ‘shortcut key’ untuk suatu elemen input, kita bisa mengisikan penekanan kombinasi tombol keyboard untuk bisa langsung menuju elemen input yang diinginkan.

Berikut adalah contoh penggunaan label dan hubungannya dengan id:

<html>
<head>
  <title>Uji Kirim Data Tanpa Atribut Name</title>
</head>
<body>
<h3>Form Uji Kirim Data Ke Server</h3>
Pengujian tanpa menggunakan atribut name pada elemen input.
<form action=”<?echo $_SERVER[‘PHP_SELF’]?>” method=”get”>
   Nama : <input type=”text” name=”nama” />
   Alamat : <input type=”text”/>
   <label for=”notelp”>No Telp</label><input type=”text” id=”notelp” />
   <input type=”submit” value=”Kirim”/>
</form>
</body>
</html>

Jika form di atas telah ditampilkan, maka jika kita klik tulisan/prompt No telp, maka kursor akan otomatis berada pada elemen notelp.

Tetapi jika kita klik tombol Kirim, maka hanya nama yang dikirimkan, karena elemen input yang lain tidak memiliki atribut name.

Catatan Tentang CSS id dan class

30 April 2007

Kita dapat mendefinisikan format tampilan suatu elemen dengan menggunakan CSS, agar mudah dan fleksibel untuk mengubah-ubah definisi formatnya tanpa harus menyunting dokumen HTMLnya.

Setiap elemen secara bawaan akan memiliki format CSS untuk elemen. Kita dapat mendefinisikan format CSS untuk elemen.

Contoh:

p{color:blue;} digunakan untuk mendefinisikan warna teks biru untuk semua teks yang ada dalam elemen p (paragraf).

Definisi format suatu elemen dengan menggunakan CSS dapat dilekatkan kepada elemen tersebut pada ID dari elemen tersebut. ID elemen menunjukkan sebuah individu elemen, dengan format yang individual juga.

Contoh:

#p1{color:red;} digunakan untuk mendefinisikan warna dari elemen yang memiliki ID p1. Tanda #diikuti dengan nama dalam definisi CSS adalah mendefinisikan id (identitas, nama) dari suatu elemen.

Di dalam suatu dokumen HTML, tidak boleh ada elemen yang memiliki ID yang sama. Jika ada lebih dari ID elemen dalam suatu dokumen HTML, maka secara ketentuan akan menyalahi, dan bisa jadi tidak akan diformat dengan benar oleh browser. Kesalahan penggunaan ID sering terjadi adalah ID digunakan untuk lebih dari satu elemen dalam satu dokumen HTML. Akibat yang fatal adalah apabila kita membuat aplikasi web yang memanipulasi dokumen dengan merujuk kepada ID.

Kita dapat memberikan format CSS untuk lebih dari satu elemen, yaitu dengan mendefinisikan CLASS CSS untuk elemen-elemen yang akan memiliki format yang sama.

Contoh:

.p2{color:green;} digunakan untuk mendefinisikan warna dari elemen yang memiliki class p2. Tanda titik (.) diikuti nama dalam definisi CSS akan mendefinisikan class.

Catatan penting dari CLASS dalam CSS adalah bahwa suatu class digunakan untuk mendefinisikan format untuk beberapa elemen, setiap elemen dapat memiliki beberapa class.

Untuk dapat mendefinisikan elemen memiliki lebih dari satu class, maka kita dapat menaruh semua nama class pada atribut elemen tersebut, dengan memisahnya menggunakan karakter spasi.

Contoh:

<input type=”text” name=”f1″ id=”f1″ class=”p2 karakter mandatori”>

Nama-nama class yang didefinisikan pada contoh adalah nama yang kita (sebagai web programmer) definisikan. Definisi untuk setiap class pada pada bagian CSS. Jika kita mendefinisikan lebih dari satu class untuk suatu elemen, maka sebaiknya dihindari pendefinisian atribut yang sama dalam class tersebut. Jika ada kesamaan, maka atribut dari nama class yang terakhir yang akan digunakan.

Mematikan Fungsi Klik Kanan Mouse Dalam Browser Web

28 April 2007

Berikut adalah script yang digunakan untuk mencegah pengguna aplikasi menggunakan klik kanan dari mouse di dalam browser web. (Tentu saja, fungsi ini bisa dijalankan, jika dukungan JavaScript browser diaktifkan).

<script type=”text/javascript” language=”javascript”>

function click(e) {
  // periksa browser yang digunakan, dengan menggunakan property all dari document
  // jika bernilai true, maka browser adalah IE, jika false maka selain IE
  // di dalam setiap blok dilakukan pemeriksaan lagi, 
  // untuk menjamin bahwa event mouse saja yang ditangkap, 
  // dan akan menghasilkan false, 
  // Jika tidak diperiksa, 
  // maka akan menyebabkan setiap event klik akan menghasilkan false
  if (document.all) {
      if (event.button==2||event.button==3) {
          //tombol kanan mouse telah diklik
          //return false digunakan untuk mendisable
          return false;
      }
  }  else {
      if (e.button==2||e.button==3) {
         // ini untuk selain IE, misal FireFox (FF)
          //tombol kanan mouse telah diklik
          //return false digunakan untuk mendisable
         e.preventDefault();
         e.stopPropagation();
         return false;
     }
  }
}

// di sini untuk mengaktifkan fungsi klik
if (document.all)//IE
    document.onmousedown=click;
else //FF
    document.onclick=click;
</javascript>

Bagaimana Menyembunyikan Program Script?

27 April 2007

Dalam dunia pengembangan aplikasi berbasis web, maka bahasa pemrograman scripting merupakan bahasa pemrograman yang menjadi pilihan utama, karena kemudahan dan kecepatan untuk bisa melihat hasil dari yang dikerjakannya.

Jika kita tidak mempermasalahkan hasil kerja kita akan dapat dilihat, ditiru, atau diambil orang lain, maka bahasa pemrograman scripting bisalah digunakan. Tetapi jika kita pada posisi pengembang yang ingin bahwa hasilnya tidak dapat ditiru orang, maka bahasa scripting cenderung dihindari.

Tetapi, jika kita amati, maka kita bisa melindungi program script yang dihasilkan dari kemungkinan ditiru atau diambil orang, dengan menggunakan software-software yang bisa membuat program script menjadi tidak mudah dibaca orang. Program script yang kita miliki dapat disandikan (dienkripsi, dikodekan) atau pun sekedar dimampatkan, sehingga tidak bisa dibaca dengan mudah, cenderung sulit.

Teknik penyandian ini dikenal dengan encryption, encoder, compression, atau pun packer. Encryption dan encoder akan melakukan proses penyandian dari program script kita, sehingga tidak bisa dibaca, harus ada proses pemecahan sandi terlebih dahulu untuk mengembalikan ke dalam bentuk aslinya. Compression dan packer merupakan software yang akan membuat program script menjadi sulit dibaca, karena ada penghilangan-penghilangan karakter yang tidak diperlukan.

Jika kita menggunakan bahasa scripting PHP, maka kita dapat menggunakan software yang open source dan bebas digunakan (free)  e-accelerator  (http://eaccelerator.net), Turk MMCache (http://turck-mmcache.sourceforge.net/index_old.html), atau pun phpobfuscator (http://www.raizlabs.com/software/phpobfuscator/).

Jika kita menggunakan JavaScript, maka kita dapat menggunakan software untuk mengkompresi dengan menggunakan packer. Salah satunya adalah packer yang dibuat oleh Dean Edward (http://dean.edwards.name/packer/).

Software-software yang digunakan untuk membuat program script yang kita miliki menjadi sulit dibaca, karena menggunakan teknik dan algoritma yang sudah terbukti kehandalannya. Umumnya software-software tersebut membuat hasil kerjanya tidak bisa dikembalikan ke dalam bentuk semula secara persis sama.

Bahasa Pemrograman Scripting Untuk Aplikasi Web

19 April 2007

Bahasa pemrograman scripting merupakan alternatif bahasa pemrograman yang banyak digunakan saat ini; terutama dalam pengembangan aplikasi berbasis web, dan kini telah banyak sekali penggunanya (pengembang/programmernya).

Bahasa scripting banyak digunakan, karena model pemrogramannya menggunakan interpreter, tidak perlu ada proses yang berbelit-belit, seperti harus mengkompilasi terlebih dahulu baru bisa diuji dan dijalankan. Program langsung bisa diuji dengan langsung dijalankan, dan hasilnya bisa langsung dilihat benar atau salahnya.

Pada masa sekarang, terutama kebutuhan akan perlunya kemudahan memaintenance web atau adanya kebutuhan aplikasi web, maka bahasa scripting menjadi pilihan utama.

Berikut adalah bahasa scripting yang populer saat ini, yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi berbasis web, yaitu adalah:

Tiga bahasa scripting pertama, umum digunakan sebagai bahasa pemrograman untuk membuat aplikasi di sisi server (server side), sedangkan yang terakhir (JavaScript) digunakan untuk aplikasi di sisi klien/browser (client side). Sebenarnya JavaScript juga bisa digunakan untuk aplikasi sisi server, jika server web yang digunakan adalah MS IIS atau Netscape.

JQuery

2 April 2007

JQuery adalah librari JavaScript yang memungkinkan kita untuk membuat program web pada suatu halaman web, tanpa harus secara eksplisit kita menambahkan event atau pun properti pada halaman web tersebut.

Dengan JQuery, suatu halaman web yang menjadi aplikasi web, jika dilihat sourcenya, akan terlihat seperti dokumen HTML biasa; tidak ada kode JavaScript yang terlihat langsung. Teknik pemrograman web seperti ini disebut sebagai unobstrusive JavaScript programming.

JQuery merupakan salah satu librari yang membuat program web di sisi klien, tidak terlihat sebagai program JavaScript biasa, yang harus secara eksplisit disisipkan pada dokumen web. Pada teknik pemrograman sisi klien dengan menggunakan JavaScript biasa, setiap elemen yang akan memiliki event, akan secara eksplisit terlihat ada event yang dilekatkan pada elemen tersebut.

JQuery dikembangkan pertama kali oleh John Resig, yang dibuat lebih ramping dari librari Prototype yang menjadi inspirasi dari libarari JQuery ini. Secara pemrograman, JQuery memiliki kemiripan seperti Prototype.

JQuery, merupakan librari yang sangat ramping, core dari librari ini dalam keadaan terkompres hanya berukuran sekitar 19KB.

Lisensi

Lisensi JQuery adalah open source yang bisa diperoleh secara cuma-cuma, dan dapat digunakan untuk kepentingan komersial, tanpa ada tuntutan untuk membayar kepada pembuat JQuery. Lisensi opensource dari JQuery adalah MIT dan LGPL.